Puisi "Lelehan Rembulan"
Lelehan
Rembulan
Sang Surya berjalan dengan angkuh
menuju ufuk barat
Dengan jubah biru gelapnya,
ditemani cahaya jingga dari benang jubahnya....
Diiringi suara nyanyian nagin
yang berbisik mesra...
Memanggil-manggil jiwa yang
kesepian....
Teriakan gagak yang menangis,
kehilangan kekasihnya...
Sang bintang senja mulai berjalan
seiring Dewi Malam...
Malam ini, akan diceritakan
sebuah kisah....
Dilangit malam yang suram dan
kelam....
Bersama sang Dewi Malam, dengan
lelehan rembulannya..... ia ceritakan sebuah kisah....
Kisah tragis, sebuah negeri,
dengan pemimpin yang saling melempar keselahannya....
Korbannya adalah rakyat kecil,
mereka yang tak dianggap, mereka yang tak terlihat....
Para pemimpin seolah tak mau
kalah, berlomba menunjukkan kekayaan dan kekuasaannya....
Lalu saling dorong dalam
kesalahan yang dibuat bersama....
Ada yang salah dengan negeri ini,
negeri ini seolah sudah goyah, usdah lupa dengan akarnya, sudah lupa dengan
perjuangan leluhurnya...
Negeri ini telah lumpuh, tak
sadar masih terjajah....
Katanya modern, tetapi terlihat
bodoh
Katanya mengikuti globalisasi,
jadinya mereka sendiri yang dikendalikan oleh globalisasi
Katanya belajar budaya bangsa
lain, malah lupa dengan budaya sendiri... baru sadar kalau budaya leluhurnya
diakui bangsa lain...
Dasar tidak tahu diri, seakan
kacang yang lupa kulitnya... lupa dengan perjuangan leluhurnya, lupa seoalah
semua ini didapat dengan mudah....
Mereka bermain kuasa, mencoba
asal ini itu, rakyat dijadikan kelinci percobaan, lalu berlagak tak tahu apapun
jika mereka mati dan salah jalan...
Seharusnya pemimpin bangsa ini
adalah penuntun rakyat nya dalam membangun bangsa, membangun negeri, dan
menunjukkan kepada bangsa lain bahwa bangsa ini ada...
Bukannya malah bingung dan sibuk
sendiri dengan urusan yang selalu ditutup-tutupi, sok sibuk, tetapi tutup
telinga dengan masalah rakyat...
Negeri ini perlahan akan meleleh,
lalu hilang tak berjejak
Komentar
Posting Komentar