Tentang Perjalanan (Mengenali Diri Sendiri)


Disclaimer : ini bakalan super random
Sekian lama tidak menulis dan membaca se-intens saat masih sekolah, membuat aku jadi sedikit kagok untuk baca buku banyak-banyak. Atau bahkan menulis. Sekarang, memasuki kuliah semester 3 dan mulai terbiasa dengan banyak kegiatan perkuliahan menyadarkan aku untuk berbenah diri.
Satu setengah tahun belakangan, semenjak mati-matian belajar dan berusaha untuk masuk PTN impian. Ada banyak hal yang aku tinggalkan dan korbankan. Berbulan-bulan fokus persiapan ujian, membuatku harus lepas dari rutinitas favorit : membaca novel dan menulis puisi. Intensitas dua hal favoritku itu berkurang drastis dalam bulan ke bulan. Seolah-olah ada hal paling aku jiwai dalam melakukannya telah dikubur paksa.
Perasaan asing itu aku sadari saat mulai perkuliahan semester 2 lalu. Rasanya, sudah berapa lama ya tidak baca novel sampai-sampai lupa waktu? Berapa lama ya aku nggak nulis puisi-puisi receh lagi? Rasanya rindu sekali. Banya hal yang aku lewati, aku coba selesaikan sendiri, dan mencoba memahami berbagai macam hal baru yang belum pernah ditemui.
Jujur saja, sebagai anak yang terlalu lama dalam zona nyamannya (karena terlalu banyak pertimbangan diputuskan oleh ibu) menjadi mandiri, merantau untuk kuliah, dan bertahan hidup sehemat-hematnya adalah suatu hal yag cukup sulit. Mungkin aku dulu memang agak manja. Tapi sekarang, jujur saja lebih menyenangkan saat semua hal yang aku lakukan sehari-hari, dirasakan dan dilakukan sendiri setiap prosesnya. Paling menyenangkan adalah saat dalam perjalanan menuju suatu tempat. Seperti berangkat ke kampus, sore hari mencari lauk kaki lima, mencari jajanan terdekat di kos an atau hanya sekedar beli es krim di minimarket terdekat dan duduk sejenak di bangku terasnya. Semua hal itu jarang aku lakukan di rumah. Hal-hal simple itu terasa seru, maklumi ya anak kuper ini hehehehe. Saking kupernya kebanyakan hal dilakukan di rumah saja.
Pengalaman terbaru adalah beberapa hari lalu dalam rangka mengurus validasi rencana studi semester ganjil. Mengharuskanku untuk ke kampus. Karena aku tidak suka datang pada hari H nya, aku memilih sehari sebelum validasi sudah berada di kos. Masalahnya, untuk penghematan uang saku yang tidak ada selama liburan, aku memutuskan naik kereta api sendirian untuk pertama kalinya. Iseng pesan lewat aplikasi. Saat berangkat, aku tidak dapat tempat duduk. Otomatis rencana yang ada di kepalaku : pergi ke stasiun lebih cepat, masuk ke gerbong paling belakang, cari tempat duduk kosong. Dan dapat! Tapi hanya sampai separuh perjalanan. Karena pemilik tempat duduk yang pegang tiket lebih berhak tentunya. Sebelum sepede itu berangkat sendirian naik kereta, berdiri pula, aku tentu saja dilanda keragu-raguan. Amankah? Bisakah aku bertahan dalam perjalanan? Semoga saja tidak nyasar… dan lain sebagainya. Tetapi kekhawatiran itu hanya ada di kepalaku. Kenyataanya, sepajang perjalanan aku dipertemukan orang-orang baik. Ada salah satu penumpang yang sama sepertiku, tidak dapat tiket, dan berdiri juga. Berbincang sepanjang perjalanan. Bertanya asal, kuliah dimana, dan banyak hal seputar perkuliahan. Terasa tidak menegangkan bagiku, karena aku yang gampang parnoan ini, ternyata dipertemukan dengan orang-orang baik selama perjalanan. Walau lelah berdiri hampir 3 jam. Rasaya seru juga, dan membuatku ingi lagi pergi pulang naik kereta. Hehehhehe. Mungkin lain klai bisa dicoba, untuk perjalanan lebih jauh lagi.
Mendekati jam-jam pemilihan kelas semester ganjil, aku Standby dengan penuh semangat di depan laptop, bersiap untuk perang rebutan kelas. Perlu diketahui, rebutan kelas yang dimaksud adalah memasukan pilihan mata kuliah dan jadwal kuliah di Kartu Rencana Studi. Biasanya tengah malam. Begitu sih infonya. Jadi sejak jam 10 malam aku sudah siap siaga. Sudah minum kopi, kenyang, ada camilan juga, tetapi… server di buka pukul delapan pagi. Dalam keadaan setengah sadar, kepala pusing karena tidur tidak nyenyak, aku harus cepat-cepat masuk server dan berebut kelas. Setelah mendapatkan kelas aku menyimpan hasil KRS untuk divalidasi besoknya. Fiuh, rasanya sangat lelah karena hampir semalaman terjaga. Tetapi semua itu terbayar tentunya. Walau sempat stress khawatir tidak dapat kelas, aku berusaha positive thingking meneruskan KRS. Tak lama setelah mencari sarapan dan mencetak KRS aku memutuskan membayar jam tidurku yang hilang.
Besoknya, validasi KRS berjalan lancar. Aku bisa bertemu dosen pembimbing akademikku dan beliau menyetujui KRSku. Selanjutnya, bersenang-senang sejenak hehehhe. Setelah sekian lama tidak keluar rumah dan bersenang-senang di tempat baru, rasanya sangat lega. Lega dalam segala hal. Untuk diriku yang telah berusaha menyelesaikan urusan akdemik perkuliahan sendiri, pergi sendiri sesuai keinginanku, dan merasa sangat… lega.
Terkadang, aku menjadi orang yang sangat focus dalam mengerjakan sesuatu. Seakan-akan aku membuat gelembung duniaku sendiri, tidak pernah keluar dari sana sampai target selesai. Terlalu keras pada diri sendiri saat mencapai target, atau bahkan menjadi sangat down saat kesulitan mengerjakan sesuatu.
Saat-saat itu, aku ternyata lupa. Bahwa aku juga manusia, wajar kalau aku mengeluh tapi tentu saja bukan hanya mengeluh, sambil mencari solusi dan dikerjakan dengan maksimal. Bahwa aku juga tidak apa-apa gagal, menangis, belum maksimal karena aku masih harus banyak belajar dan mencoba. Manusia tidak akan pernah berhenti belajar dalam hidupnya. Bahwa, aku juga terkadang lupa siapa diriku. Karena terlalu terpaku dengan angka, nilai, akademis, tetapi bukan diriku sendiri. Apakah aku sudah bahagia, apakah aku melakukan me time ku juga akhir-akhir ini?
Sudah sejauh ini, aku melihat, mendengar dan merasakan banyak hal. Ini mungkin tidak akan terjadi kalau aku tidak merantau. Tidak akan terjadi jika dengan penuh percaya diri mendaftar ke organisasi karya tulis ilmiah di fakultas padahal bekal tentang menulis penelitian tidak punya. Tidak akan terjadi, jika aku hanya berdiam diri di kamar kos. Tidak akan terjadi jika terkadang aku harus berbuat nekat sesekali.
Terkadang hal sesederhana ini perlu disyukuri. Berproses.
Karena setiap proses itu bernilai, bukan hasilnya yang indah tetapi, kisah dalam perjalanannya yang tidak sebentar itu akan selalu dikenang.
Setelah banyak hal yang aku tahu, dunia dalam berbagai sudut pandang. Banyak konten-konten YouTube, Instagram, Blog-Blog sampai artikel majalah online dengan berbagai sudut pandang dan spectrum membuatku paham. Bahwa dunia ini adalah tempat terjadinya banyak hal, masing-masing cerita dari berbagai manusia dengan perbedaan latar belakang. Masing-masing dari mereka telah mengalami masa sulitnya, apapun itu, kita tidak berhak untuk menghakiminya. Keputusan-keputusan mereka, orang-orang disekitarmu/terdekatmu sekalipun, kita tidak berhak menghakimi. Cukup merangkul mereka. Mendukung apapun yang mereka kerjakan.  

Komentar

Postingan Populer