Fakta SAINS : Mengapa Kita Suka Berbicara Sendiri Ketika Sedang Mencari-cari Barang?
Sebagian dari
kita mungkin pernah atau bahkan sering mengalami keanehan yang jarang disadari
ini. Suatu waktu, kita sedang asyik membaca buku/novel, sampai kemudian kita
dipanggil Ibu kita, lalu kita pun meletakkan buku yang tadi kita baca di suatu
tempat, kemudian buru-buru pergi. Ternyata Ibu kita meminta untuk dibantu
memasak, setelah selesai kita ingat untuk melanjutkan buku yang tadi kita baca,
tapi entah mengapa buku itu hilang!
Hilangnya buku
itu mungkin bukan hal aneh, karena dirumah kita ada banyak orang sehingga
kemungkinan mereka memindahkan buku. Tetapi yang aneh, jika hal ini terjadi
pada orang yang hidup sendirian atau ruangan yang tidak mungkin dimasuki orang
lain seperti kamar tidur. Maka kita akan sibuk mencari-cari dimana buku itu.
“Uhh...dimana
sih? Tadikan di taruh disini? Kok hilang?” , “Kemana tadi bukunya? Tadi ditaruh
disini...??” atau ocehan lain saat kita kebingungan mencari barang yang hilang,
tanpa sadar kita keluarkan. Padahal, dalam keadaan ‘sadar’, buku atau barang
yang hilang itu tidak mungkin muncul dengan sendirinya saat kita kebingungan
mencari-cari.
Mengapa bisa
begitu? Lebih mengejutkan lagi, buku atau barang yang kita cari-cari ternyata
ada di tempat yang kita pelototi berkali-kali!! Bagaimana mungkin bisa terjadi
hal konyol semacam itu? padahal kita berkali-kali memutari tempat yang sama,
ternyata buku itu sedari tadi ada disana!
Dan pada
akhirnya kita merasa konyol dan malu sendiri.
Selama
berabad-abad, hal semacam itu menjadi teka-teki bagi banyak orang, khususnya
para ilmuwan. Dua ribu tahun yang lalu misalnya, Archimedes memberikan jawaban
berdasarkan wawasan ilmu oada zamannya. Teorinya adalah bahwa penglihatan kita merupakan
proses aktif dari pada pasif. Bukannya membiarkan cahaya masuk
ke mata, simpul Archimedes, penglihatan kita justru memancarkan cahaya keluar
mirip lampu sorot yang menyinari daerah pencarian.
Di zaman
sekarang, para penggila teori kuantum membayangkan suatu objek berpindah ke
sebuah jagad pararel lain dan diam disana, sampai kita menemukan objek
tersebut, sampai kemudian sang objek kembali.
Tetapi,
sebenarnya kenyataan yang terjadi tak serumit itu. Ketika kita mencari dan
melihatnya secara benar karena kita melewatkan ingatan-ingatan dalam korteks dan
segera menuju sebuah citra yang sedang kita cari. Karena itu pula, berulang kali
menelisik setiap sudut ruangan dan mencari benda serupa dengan citra dalam
pikiran kita.
Masalah yang
terjadi ketika kita mencari terburu-buru. Berharap bisa segera menemukan benda
yang kita cari, kita menelusuri daerah yang lebih sempit(warna sampul buku
misalnya), dan tidak memperhatikan rincian lain. Teringat bahwa buku itu
bersampul biru, langsung saja kita memfokuskan perhatian dengan benda yang
berwarna biru. Masalahnya, benda atau buku yang kita tinggalkan tadi,
diletakkan dalam posisi terbalik sehingga warna sampul nya tidak terlihat, dan
kita tidak menemukan citra yang sama.
Karena itulah
buku yang kita cari ternyata ada di bawah meja dan kita tadi telah melihat
tempat itu berkali-kali, bisa jadi kita tidak memfokuskan buku itu ada di sana
karena otak kita terfokus pada sampulnya, bukan fokus pada mencari buku.
Biasanya setelah beberapa saat kita menghentikan upaya pencarian, seperti minum
sebentar atau pergi ke kamar mandi, kita akan dengan mudah menemukannya karena
otak kita tidak lagi memikirkan ‘buku bersampul biru’ tetapi hanya ‘buku’. Kita
segera menemukannya.
Lalu, apa
hubungannya dengan kebiasaan bergumam sendiri saat mencari-cari benda yang
hilang? Di sinilah fakta menakjubkan dari tubuh kita akan membuat kagum.
Ketika kita
sedang mencari-cari suatu barang, entah bagaimana caranya tubuh kita seperti
membimbing agar barang itu segera ditemukan, dan cara yang digunakan adalah
mendorong kita berbicara sendiri.
Berdasarkan
sebuah studi, para ilmuwan menemukan bahwa kebiasaan orang berbicara
sendiri—yang sering tidak kita sadari— ketika kita sedang mencari barang yang
hilang, membantu kita menemukan barang itu lebih cepat.
Penelitian yang
dilakukan pada anak-anak kecil menunjukkan bahwa perilaku berbicara sendiri
membantu mereka melakukan suatu hal dengan lebih cepat. Misalnya saat mengikat
tali sepatu, anak-anak kecil akan lebih cepat melakukannya ketika mereka
berbicara sendiri, misalnya “Masukkan tali ke lubang, tali dan masukkan lagi
kelubang diatasnya....”
Pada orang
dewasa, kebiasaan berbicara sendiri membantu menemukan barang secara lebih
cepat. Gary Lupyan dari University of Wisconsin-Madison dan Daniel Swingley
melakukan penelitian dengan cara meletakkan sejumlah barang di ruangan. Para
relawan—yang telah dewasa—diperlihatkan 20 foto berisi gambar objek berbeda,
kemudian diminta mencarinya di ruangan tempat barang-barang berada.
Dalam pencarian
itu, sebagian relawan diminta mencari sambil berbicara sendiri sementara
sisanya diminta mencari sambil diam. Hasilnya, para relawan yang mencari sambil
berbicara sendiri lebih cepat menemukan barang yang dicari dari pada relawan
yang diam.
Pada percobaan
kedua para peserta diperlihatkan sejumlah barang yang biasanya ditemukan di rak
supermarket dan diminta mengidentifikasinya. Setelah itu mereka diminta mencari
barang-barang tersebut di supermarket yang telah disiapkan untuk keperluan
penelitian. Diperoleh hasil bahwa peserta lebih cepat menemukan barang jika
mereka memberi nama atau sebutan pada barang tersebut. Seperti saat kita
mencari sabun, saat mencari kita tanpa
sandar bergumam “Sabun....sabun...sabun.....”
Para peneliti
menyimpulkan bahwa berbicar sendiri ketika mencari suatu barang dapat
memengaruhi beberapa aspek dalam proses visual, meski mereka belum
mengetahui secara pasti bagaimana
prosesnya. Mereka hanya dapat memperkirakan bahwa berbicara sendiri merangsang
bagian dari korteks visual sehingga membuat orang lebih cepat menemukan barang
yang dicari.
-
-
-
-
Post by : ASDS
Komentar
Posting Komentar