Sikap Kita Sebagai Bangsa yang Berbudaya

Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki banyak sekali kebudayaan. Ini di karenakan banyak sekali suku, bangsa, dan agama yang ada di Indonesia. Dalam setiap pulau di Indonesia dapat di temukan lebih dari puluhan macam kebudayaan. Mulai dari Aceh yang mayoritas Islam sampai pulau paling timur Papua yang mayoritas menganut Katolik dan Kristen.
          Sekarang ini banyak sekali budaya luar negeri yang masuk ke Indonesia. Sejak dulu, budaya luar negeri seperti band-band luar negeri sudah lama mampir di kancah musik Indonesia. Bahkan, musik-musik barat maupun asia timur menjadi nomer satu dan favorit di Indonesia.
          Tahun-tahun 70 dan selebihnya, banyak band-band dari Amerika dan Eropa yang mengisi lagu-lagu di Indonesia. Seperti Rolling Stone, De’ Purple, Metalica, Eurepe, The Beathles dan sebagainya. Umumnya, yang menjadi tren tahun-tahun itu adalah musik rock.
          Seiring berjalannya waktu dari tahun ketahun, masyarakat Indonesia mulai menikmati musik dari band-band asia timur. Ada juga yang terbius dengan boyband-boyband maupun gilrband-girlband Korea Selatan seperti Super Junior, BigBang, B1A4,WonderGirls, SNSD dan sebagainya.
Lalu apakah kita tidak boleh menyukai boyband/girlband seperti itu? Sering muncul pertanyaan seperti ini. Selama kita menyukai karena kagum, kita boleh saja. Dan kita harus ingat. Kita juga mempunyai budaya yang lebih indah juga.
Tidak hanya musik luar negeri saja yang menjadi budaya asing di Indonesia. Banyak pula film-film maupun drama-drama yang mulai masuk dan  membius masyarakat Indonesia.
          Hingga saat ini banyak drama-drama maupun film-film luar negeri yang masuk ke Indonesia. Hingga di pertengahan tahun 2012 lalu. Indonesia mulai menyensor banyak film buatan luar negeri, untuk kepentingan keuangan negara maupun secara sosial.
Lalu bagaimana sikap kita terhadap budaya seperti musik dan film-film dari luar negeri? Sebenarnya kita tidak usah berkecil hati pada hasil-hasil musik maupun film dari luar negeri. Karena, pada dasarnya, banyak aktris-aktris dan aktor-aktor dari Indonesia yang tidak kalah hebat dengan aktor maupun aktris luar negeri. Banyak pula sutradara, penulis naskah maupun editor film dan musik yang hebat-hebat dari Indonesia. Bahkan tidak sedikit, para pembuat film yang warga negara Indonesia, namun dia di rekrut perusahaan luar negeri. Seperti, The Raid yang dibintangi aktor terkenal Iko Uwais.
Sebenarnya, semua itu tergantung pada diri kita sendiri, jati diri bangsa akan terlihat dari sikap rakyat nya yang melestarikan dan merawat budaya daerah yang ada di negara tersebut. Kecintaan terhadap budaya daerah bisa dimulai dengan budaya daerah masing-masing.
          Apakah kalian juga sudah melakukan itu?? Sederhana saja, kita bisa menonton pertunjukan wayang, gamelan,ketoprak atau yang lain. Bisa juga mendalami lagu dolanan jawa yang mengasyikkan dan mempunyai makna yang mendalam.
Lalu  bagaimana sikap kita terhadap budaya Valentine Day yang dirayakan pada tanggal 14 februari? Dari dulu, banyak komunitas Islam yang menentang hari Kasih Sayang ini. Bagaimana caranya menyikapi secara positif?
Pada dasarnya, hari peringatan seperti itu. Dilakukan oleh kaum yahudi sejak dulu. Namun, islam mengatakan peringatan seperti itu termasuk sesat.
Nah, sikap kita terhadap budaya agama lain, setidaknya kita tidak menimbulkan kesalahpahaman antar ajaran agama. Kalau misalnya kita ditawari coklat sebagai lambang Valentine. Kita menerimanya sebagai rejeki/hadiah. Dan bukan niat hati ikut merayakan.
Kalau masih bingung dan ragu. Bisa saja kita merenung dengan jalan pikiran bahwa, setiap hari adalah hari kasih sayang. Karena setiap manusia harus saling menyayangi walau, beda ras,suku dan ajaran yang dianut. Karena setiap hari kita bisa memberikan kasih sayang yang dalam artian bahwa kita saling menghormati dan melindungi. Bukan seperti cinta-cinta remaja. Dan kasih sayang ini ditujukan pada semua orang dan makhluk Tuhan. Sebagai bentuk rasa syukur atas karunia-Nya.
Jadi, dalam hal berbudaya asing kita bisa menyikapi secara netral, tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Dan dalam berbudaya daerah, kita harus tetap melestarikan, merawat dan turut mempelajari budaya daerah kita. Karena kalau bukan kita yang merawat, siapa lagi??





Post and author by : ASDS


Komentar

Postingan Populer